Minggu, 25 Januari 2015

TEKAD dan PROSES [Jadilah yang terkuat]

Kemarin malam, kemenakannya sahabat hatiku berulang tahun. 
So, ia berencana untuk membuat perayaan kecil kecilan di rumah. Seusai jam kantor, ia pun pulang sambil membeli cake dan membawa beberapa bungkus kado yang lumayan besar. Motornya penuh, dan dia sedikit kesulitan menguasai motornya karena rem tangan sebelah kanan yang sedikit blong.

Keluarganya sudah menunggu beberapa hari untuk perayaan hari ini. They're so excited and so was she. Dengan jangka waktu perjalanan kurang lebih satu jam dan bayangan akan perjalanan yang akan ditempuh, maka ia pun memutuskan untuk mengambil jalan pintas walaupun resikonya jauh lebih besar. Jalan pintas itu adalah sebuah jalan kecil yang rusak parah dengan lobang besar besar di tengah jalan selayaknya kolam, ditambah dengan beberapa lobang yang ditutupi dengan kerikil kerikil sebesar kepalan tangan yang entah apa tujuan si penutup lobang tersebut yang jelas itu membuat roda motor sahabatku menjadi lebih sering tergelincir.

Juga dapat dipastikan bahwa tangan kanannya akan terasa kebas dan pegal 3 x lebih kebas dari biasanya, karena harus ngerem berulang kali demi melewati lobang dan harus terus menstabilkan motor demi cake yang sepatutnya berada di tempat yang rata dan tidak miring. Ditambah lagi dengan ransel besar di punggung dan bungkusan kado di pijakan kaki (untunglah motornya soul), fuiihhhh, aku sendiri sudah capek saat membayangkan perjalanan pulangnya kali ini.

Di tengah perjalan yang penuh lobang dan keletihan itu, tanpa disadarinya sahabatku mulai berfikir tentang mengapa ini harus dilakukan, mengapa ia memutuskan untuk membuat perayaan, mengapa ia menjanjikan cake ulang tahun, mengapa, mengapa dan mengapa, karena bisa saja ia tidak melakukan perayaan itu karena toh bukan merupakan sebuah kewajiban. 

Akan tetapi, sebelum pikirannya berkembang dengan anehnya dan diakhiri dengan penyesalan keputusan untuk melakukan perayaan kecil ini karena susahnya perjalanan yang harus ditempuh, ia pun memilih untuk berusaha tidak memikirkannya. Ia berusaha untuk tidak memikirkan besarnya lobang yang harus Ia hindari berulang kali, motor motor lain yang menyerempet nyerempet demi menghindari lobang yang sama, beratnya ransel di pundaknya dan pegalnya kaki karena harus duduk mengangkang demi bungkusan kado. Ia berusaha untuk tidak memikirkan hal hal buruk yang MEMANG harus ia jalani. Maka untuk langkah awal, ia berusaha untuk menjalaninya tanpa memikirkannya. 

Tapi itu tidak berarti bahwa ia berjalan tanpa berfikir, tidak. Maka masuklah ia ke langkah akhir
Yang ia lakukan selanjutnya adalah mengalihkan pikirannya dari PROSES ke HASIL. Dia berusaha memikirkan betapa bahagianya mereka saat menyanyikan lagu ulang tahun, membuka kado, anak anak yang kegirangan karena sepatu baru yang juga ia belikan, meniup lilin. Ia juga membayangkan betapa bahagianya ibunya saat menerima jam tangan yang telah ia janjikan. Dan itu terus menerus ia lakukan di sepanjang perjalanan. Ia memaksa pikirannya untuk memikirkan kebahagiaan yang akan ia dapatkan nantinya. Ia berusaha untuk membayangkan HASIL dan berusaha untuk mengindahkan PROSES. 
Tanpa ia sadari, di saat ia membayangkan kebahagiaan dan keceriaan yang akan ia nikmati nantinya, ia telah menikmati perjalanan itu, ia tidak lagi mengomel kepada pemerintah karena besarnya lobang, atau melotot kepada pengendara motor lainnya yang menyalib motornya dan hal hal menjengkelkan lainnya pun perlahan lahan menghilang. Perjalanan TIDAK LAGI terasa MEMBERATKAN seperti di awal, karena Ia tidak LAGI MEMIKIRKAN betapa beratnya perjalanan itu. 

Hingga akhirnya Ia tiba di simpang gang rumahnya dan bersyukur karena telah akan tiba di rumah. Dan apa yang ia impikan di sepanjang perjalanan, terwujudlah.

Nah, apa yang kita peroleh dari sedikit cerita hidup sahabatku di atas? 
Yang kita peroleh adalah bahwa setiap ketekunan, tekad dan niat yang kuat tidak akan dibalas dengan kesia-siaan. 

Yang kita peroleh adalah tujuan akhir yang kita impikan dari setiap proses adalah sebuah semangat yang dapat memompa kita untuk terus bertahan hingga akhirnya tujuan itu tercapai. 

Yang kita peroleh adalah bahwa beratnya aral dan rintangan hanyalah sebuah proses yang memang harus dilalui dan terwujud atau tidaknya harapan kita untuk akhir yang bahagia itu bergantung dari cara kita menghadapi proses tersebut.

Yang kita peroleh adalah kebahagiaan dan kepuasan saat sebuah impian / cita cita / harapan, mampu kita wujudkan.

Nah, bagaimana jika kita telah berusaha melalui semua proses yang berat dan susah itu ternyata impian kita tidak terwujudkan? 
Kembali ke pasal satu : bahwa manusia hanya berencana dan berupaya, tapi Tuhanlah yang menentukan. 
Maka, setelah berencana, bertekad dan berupaya, lalu mintalah kepada Nya.
[Mintalah kepadaku, maka Aku akan mengabulkan - Itu adalah janji Tuhan YME untuk umatnya.]
Lalu, apa lagi yang harus membuat kita mundur dari mewujudkan impian impian kita walau seberat apapun prosesnya?  
:)

Met malam.

by Admin Si Sableng



0 komentar:

Posting Komentar